Sabtu, 03 Mei 2014

Pengaruh Faktor Kimia dan Biologi

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA 6PENGARUH FAKTOR KIMIA DAN BIOLIGI


Disusun Oleh :

Kelompok : 3                                            Shif    : A
PJ              : Izzatun Nadia                       (J310120009)
Anggota    : Cahyani  Windrasari            (J310120003)


PROGRAM STUDI GIZI STRATA SATU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014




A.    Judul Praktikum
Pengaruh faktor  kimia dan biologi

B.     Tujuan
Mengetahui pengaruh antibiotic dan desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri

C.     Pendahuluan
1.      Latar belakang
Praktikum ini dilakukan guna mengetahui pengaruh berbagai antibiotic dan desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri serta mengetahui respin hambatan yang terbesar maupun yang terkecil.

2.      Tinjauan  teori
Mikroorganisme terdapat  di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain. Mikroorganisme mudah terhembus udara dan menyebar ke mana-mana karena ukuran selnya kecil dan ringan (susilowati dan shanty, 2001).
Oleh karena itulah mikroorganisme sering kali mengganggu manusia yang dapat diketahui dengan terjadinya infeksi hingga menyebabkan berbagai macam penyakit atau menyebabkan kerusakan pada makanan, perabotan rumah, kain dan perlengkapan dari kulit. Untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan pengendalian keberadaan mikroorganisme (purwani dan ambarwati, 2013).
Pengendalian mikroorganisme dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan ataupun antiseptik. Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya pada tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Sedangkan antiseptik diartikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup (arafat, 2013).

D.    Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dapat mengakibatkan perubahan morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan mikroba selain membutuhkan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya (pelczar dan chan, 2006). Beberapa golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Adapula golongan mikroba yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri (suharni, 2009).
mikroorganisme sering kali mengganggu manusia yang dapat diketahui dengan terjadinya infeksi hingga menyebabkan berbagai macam penyakit atau menyebabkan kerusakan pada makanan, perabotan rumah, kain dan perlengkapan dari kulit. Untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan pengendalian keberadaan mikroorganisme (purwani dan ambarwati, 2013).
Pengendalian mikroorganisme dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan ataupun antiseptik. Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya pada tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Sedangkan antiseptik diartikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup (arafat, 2013).
Pada dasarnya, penggunaan antibiotic dan desinfektan itu tidak jauh berbeda. Yang membedakan adalah bahwa antiseptic harus memiliki sifat tidak merusak jaringan. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan (Arafat, 2013).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes  (Ganiswarna, 1995 pada anindita 2012). 
Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri  (Gaman, dkk. 1992 pada anindita 2012). 
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri  (Jawelz, 1995 dalam anindita 2012).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Berdasarkan luas daerah hambatan yang dibentuk oleh difusi agar, maka tingkat sensitifitas bakteri dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sensitive (lebih dari 18mm), intermediet (13-17mm) dan resisten (kurang dari 12mm) (Clinical  and  Laboratory  Standards  Institute).

E.     Alat dan bahan
1.      Alat
a.       Bunsen
b.      Penyemprot alcohol
c.       Pinset
d.      Petridisk
e.       Papperdisk
f.       Pipet ukur
2.      Bahan
a.       Medium NA
b.      Biakan murni (basillus subtilis)
c.       Larutan senyawa kimia
d.      Larutan antibiotik (tetrasiklin, amoxilin, eritromycin, chloramphenicol)
e.       Aquades
f.       Alcohol

F.      Cara Kerja
1.      Disterilkan tangan dan meja
2.      Dibuat piaraan agar cawan dengan metode pour plate
3.      Cawan petri (petri disk) dibagi menjadi 4 juring
4.      Diambil papper disk steril dengan pinset dan dicelupkan pada larutan antibiotic
5.      Diletakkan di tengah-tengah area juring
6.      Diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC
7.      Diamati pertumbuhan bakteri dan terbentuknya daerah hambatan
G.    Hasil Praktikum

Chlorampheinecol
 

eritromycin
 

amoxilin
 

tetrasiklin
 
1.      Tetrasiklin
(sensitive)
2.      Amoxilin
(sensitive)
3.      Eritromycin
(sensitive)
4.      Chloramphenicol
(sensitive)


H.    Pembahasan
Percobaan ini dilakukan guna mengetahui seberapa besar daerah hambatan yang ditimbulkan oleh larutan antibiotic pada pertumbuhan bakteri (Basillus subtilis) menggunakan metode difusi agar dengan papperdisk. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tetrasiklin, amoxilin, eritromycin, chloramphenicol dan aquades sebagai control.
Metode ini dilakukan dengan mula-mula membuat piaraan dengan metode pour plate pada petri disk dan kemudian menempelkan pepperdisk yang telah dicelupkan dalam antibiotic pada permukaan agar yang telah diberi biakan. Kemudian diinkubasi selama dua hari. Setelah diinkubasi, maka diamati apakah terjadi daerah hambatan (agar berwarna bening) atau tidak.
Pada kelompok kami keempat antibiotic menimbulkan daerah hambatan. yang terkecil adalah daerah hambatan pada amoxilin yang hanya berdiameter 21,5mm dan  yang terbesar adalah daerah hambatan milik eritromycin yang  berdiameter 56,5mm. Namun walaupun memiliki diameter kecil, berdasarkan Clinical and Laboratory Standards  Institute diameter amoxilin termasuk pada sensitive yang berarti memiliki dampak yang cukup baik untuk menghambat pertumbuhan basillus subtilis.
Daerah hambatan seharusnya berbentuk lingkar sempurna mengikuti bentuk papperdisk. Namun pada percobaan kami, daerah hambatan yang dibentuk oleh eritromycin berbentuk tidak beraturan. Hal ini mungkin disebabkan akibat ketidak hati-hatian dalam meletakkan papperdisk, ataupun terlalu banyak mencelupkan papperdisk dalam larutan antibiotic sehingga difusinya melebar dan tidak beraturan.


I.       Kesimpulan
Keempat antibiotic menimbulkan daerah hambatan pada biakan basillus subtilis
1.      Tetrasiklin (D=25mm) sensitif
2.      Amoxilin (D=21,5mm) sensitif
3.      Eritromycin (D=56,5mm) sensitive
4.      Chloramphenicol (D=38mm) sensitif















J.    Daftar Pustaka
Anindita, faradisa. 2012. Laporan praktikum mikrobiologi uji antibiotik mikroba. http://disachem.blogspot.com diakses pada 1 mei 2014
Arafat, sadam. 2013. Dasar pengertian desinfektan dan antibiotic. http://saddamarafat13026.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id diakses pada 1 mei 2014
Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Pelczar, MJ dan ECS. Chan,.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid II. Penerbit Universitas Indonesia (UI - Press). Jakarta.
Purwani, eni dan ambarwati. 2013. Modul praktikum mikrobiologi pangan. Universitas muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Susilowati, ari dan shanty listiyowati. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS. Biodeversitas vol.2 no.1

0 komentar:

Posting Komentar