LAPORAN
PRAKTIKUM
ACARA 7 : PENGARUH LINGKUNGAN FISIK TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Disusun Oleh :
Kelompok
:
3 Shif : A
PJ : Izzatun Nadia (J310120009)
Anggota : Cahyani Windrasari (J310120003)
PROGRAM STUDI
GIZI STRATA SATU
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
A.
Judul Praktikum
Pengaruh lingkungan fisik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
B.
Tujuan
Mengetahui pengaruh faktor lingkungan atau fisik (konsentrasi gula
dan garam) terhadap pertumbuhan mikroorganisme
C.
Pendahuluan
1.
Latar belakang
Praktikum ini dilakukan guna mengetahui pengaruh konsentrasi
larutan gula dan garam serta pengaruh paparan waktu terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
2.
Tinjauan teori
Mikroorganisme terdapat di
berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir.
Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.
Mikroorganisme mudah terhembus udara dan menyebar ke mana-mana karena ukuran
selnya kecil dan ringan (susilowati dan shanty, 2001). Mikroba termasuk ke dalam kelompok jasad hidup yang sangat peka
terhadap adanya perubahan pada lingkungannya, sehingga dengan adanya perubahan
yang kecil di dalam temperatur atau cahaya misalnya akan cepat mempengaruhi
kehidupan dan aktivitasnya. Tetapi mikroba juga termasuk kelompok jasad hidup
yang dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan adanya perubahan lingkungan
(Suryawiria, 1996 dalam rikhal, 2011).
Pertumbuhan
mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan
fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai
untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan
nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi
nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar dan Chan, 2006 dalam
jumaing, 2012).
Pertumbuhan
bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor
ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbedadan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya
(Darkuni, 2001 dalam jumaing 2012).
D.
Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan
mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
dapat mengakibatkan perubahan morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan
mikroba selain membutuhkan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga
diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya (pelczar
dan chan, 2006 dalam jumaing, 2012). Beberapa
golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Adapula golongan mikroba yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak
dapat menyesuaikan diri (suharni, 2009).
Kehidupan
mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor lingkungan. Faktor
lingkungan itu meliputi faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik adalah
faktor luar seperti suhu, pH, tekanan osmose dan lain-lain. Sedangkan faktor
biotik adalah dari mikroorganisme itu sendiri (M. Natsir Djide, 2004).
1.
Suhu
Suhu merupakan
salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu
pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompoksebagai berikut:
a.
Psikrofil, suhu pertumbuhan antara 0 oC
sampai 20oC
b.
Mesofil, suhu pertumbuhan antara 20 oC
sampai 45 oC
c.
Termofil, suhu pertumbuhan diatas 45 oC
Kebanyakan mikroba perusak pangan
merupakan mikroba mesofil, yaitutumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar.
Bakteri patogen umumnyamempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37 oC yang juga adalah
suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik
untuk pertumbuhan beberapa bakteri pathogen (Dwijoseputro, 1995).
2.
pH
Secara alami,
kebanyakan bahan makanan (daging, ikan, dan suyuran) bersifat agak asam, sedangkan sebagian lainnya (sebagian besar buah-buahan) cukup asam, tetapi putih telur
bersifat basa. Semakin rendah nilai pH, semakin efektif pengaruh asam organik sebagai pengawet, meskipun pertumbuhan setiap jasad renik dalam makanan mempunyai nilai pH optimum, minimum, dan maksimum. Meskipun demikian, pH tidak jarang
berinteraksi dengan parameterlain dalam makanan dengan menghambat pertumbuhan.
pH makanan juga berdampak terhadap kemampuan daya penghancur bakteri oleh pemanasan jika pH rendah (diturunkan), jumlah panas yang dibutuhkan lebih sedikit daripada jumlah jumlah panas pada makanan
dengan pH yang lebih tinggi (Mossel et al, 1995).
Mikroba
umumnya menyukai pH netral yaitu pH 7. Beberapa bakteridapat hidup pada pH
tinggi (medium alkalin) Apabila mikroba ditanam padamedia dengan pH 5 maka
pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pHmedia 8 maka pertumbuhan
didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pHnya mikrobadapat dikelompokan menjadi 3
yaitu mikroba asidofil adalah kelompok mikrobayang dapat hidup tumbuh baik pada
pH 6,0 sampai 8,0, mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba
yang dapat hidup pada pH 5,5 sampai 8,0,dan mikroba alkafil adalah kelompok
mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4 sampai 9,5 (Brooks dkk, 1994)
3.
Tekanan osmosis
Osmosis berasal dari kata os: lubang, movea:
berpindah jadi Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Larutan yang
konsentrasi zat terlarutnya lebih
tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan
hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam
sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat
terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. (Biologipedia, 2010).
tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan
hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam
sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat
terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. (Biologipedia, 2010).
Tekanan
osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Medium yang paling cocok
untuk pertumbuhan bakteri adalah medium
yang isotonic terhadap isi sel bakteri (purwani dan ambarwati, 2013). Apabila mikroba
diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila
diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa,
yaitu pecahnya sel karena cairan masuk kedalam sel, sel membengkak dan akhirnya
pecah (Pratiwi, 2009)
Berdasarkan
tekanan osmosis yang diperlukan mikroba dapat dikelompokkan menjadi: mikroba
osmofil, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi. Contohnya adalah khamir. (2) mikroba halofil, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi. Contohnya yaitu Halobacterium. (3) mikroba halodurik,
yaitu kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh
pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30% (Hamid, 2009).
E.
Alat dan bahan
1.
Alat
a.
Bunsen
b.
Penyemprot alcohol
c.
Ose
d.
Petridisk
e.
Incubator
f.
Rak tabung
2.
Bahan
a.
Medium NA
b.
Biakan murni (basillus licheniformis)
c.
Larutan garam (30%, 3% dan 0.3%)
d.
Larutan gula (40%, 4%, 0.4%)
F.
Cara Kerja
1.
Disterilkan meja dan tangan dengan
alcohol
2.
Dinyalakan Bunsen
3.
Disiapkan alat dan bahan
4.
Dipaparkan suspensi biakan pada
larutan gula (40%, 4%, 0.4%) dan garam (30%, 3% dan 0.3%)
5.
Dibuat enam juring pada cawan petri
6.
Ditanam mikroba yang ada pada
masing-masing larutan pada masing-masing juring di cawan petri
7.
Dilakukan langkah yang sama setelah
didiamkan setengah jam dan satu jam untuk cawan petri yang berbeda
8.
Diinkubasi selama 2x24 jam
9.
Diamati hasilnya
G.
Hasil Praktikum
|
|
|
Nol
jam
|
Setengah
jam
|
Satu jam
|
Paparan
waktu
|
Garam
(NaCl)
|
Glukosa
|
||||
30%
|
3%
|
0.3%
|
40%
|
4%
|
0.4%
|
|
0
jam
|
+
+ +
|
+
+ +
|
+
+ +
|
+
+ +
|
+
|
+
+ +
|
0.5
jam
|
+
+
|
-
|
+
+
|
+
|
+
+ +
|
+
+
|
1
jam
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
+
|
-
|
Table
pengamatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi larutan berbeda terhadap
paparan waktu
Larutan
|
0
jam
|
0.5
jam
|
1
jam
|
NaCl
30%
|
+
+ + + + +
|
+
+ + + + +
|
+
+ + + +
|
NaCl
3%
|
+
|
-
|
+
+ +
|
NaCl
0.3%
|
+
+ + + +
|
+
+ + +
|
+
+ + +
|
Glukosa
40%
|
+
+ + +
|
+
+
|
-
|
Glukosa
4%
|
+
+
|
+
+ + + +
|
+
+ + + + +
|
Gluosa
0.4%
|
+
+ +
|
+
+ +
|
-
|
Table
pengamatan pengaruh konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri
H.
Pembahasan
Percobaan
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik yang berupa
konsentrasi larutan yang berbeda pada pertumbuhan bakteri bacillus
licheniformis. Percobaan ini menggunakan dua larutan yang berbeda yaitu larutan
gula dan garam dengan konsentrasi yang berbeda.
Percobaan
ini dilakukan dengan cara memaparkan suspensi bakteri bacillus licheniformis
pada masing-masing larutan gula dan garam. Kemudian bakteri bacillus
licheniformis yang telah dipaparkan dalam masing-masing larutan ditanamkan pada
media NA pada cawan petri yang telah disiapkan dan diberi juring menggunakan
metode streak plate. Langkah ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan lama waktu
berbeda yaitu nol jam, tiga puluh menit dan satu jam. Kemudian diinkubasi
selama 2x 24 jam dan diamati.
Setelah
2x 24jam maka pertumbuhan bakteri bacillus licheniformis pada masing-masing
petri sudah dapat diamati. Ada dua jenis pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi larutan berbeda terhadap paparan waktu dan
pengamatan pengaruh konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri.
Pada
pengamatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi larutan berbeda terhadap
paparan waktu, yang diamati adalah
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi larutan yang sama dengan waktu penanaman
yang berbeda. Hasil dari pengamatan adalah pertumbuhan bakteri pada paparan
waktu nol jam lebih banyak daripada paparan waktu tiga puluh menit dan satu jam
untuk masing-masing konsentrasi larutan kecuali pada glukosa 4%.
Hal
ini kemungkinan dikarenakan kurang homogen ketika melakukan pencampuran
suspensi bakteri bacillus licheniformis
pada larutan. Atau kurang dalam mengambil sampel yang akan ditanamkan pada media NA.
Pada
pengamatan pengaruh konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri, yang
diamati adalah perbedaan pertumbuhan bakteri bacillus licheniformis pada
masing-masing konsentrasi larutan dalam satu petri. Hasil dari pengamatan
adalah pada petri nol jam pertumbuhan paling banyak terjadi pada larutan NaCl
30% dan yang paling sedikit adalah pada larutan NaCl 3%. Pada petri tiga puluh
menit pertumbuhan paling banyak terjadi pada larutan NaCl 30% dan pada larutan
NaCl 3% tidak terjadi pertumbuhan. Pada petri satu jam pertumbuhan paling
banyak terjadi pada larutan glukosa 4%, sedangkan pada larutan glukosa 40% dan
0.4% tidak terjadi pertumbuhan.
Tidak
tumbuhnya bakteri pada larutan tertentu mungkin dikarenakan lingkungan tersebut
merupakan lingkungan hipertonis atau hipotonis bagi bakteri bacillus
licheniformis hingga bakteri tersebut mengalami plasmolisis ataupun
plasmoptisis. Mungkin juga terjadi akibat kurang homogen dalam mencampurkan
suspensi bakteri dalam larutan garam
maupun gula. Kemungkinan juga dapat terjadi akibat terlalu sedikit dalam mengambil sampel ketika melakukan proses
penanaman.
I.
Kesimpulan
Larutan
yang berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula berpengaruh pada pertumbuhan
mikroba.
J.
Daftar Pustaka
Biologipedia. 2010. Osmosis. http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/osmosis.html diakses pada 13 mei 2014
Brooks,
dkk., 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2. EGC: Jakarta
Dwijoseputro.
1995. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Jumaing. 2012. Laporan
mikrobiologi umum: pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba.
Universitas halouleo, http://mainkanakbugis.blogspot.com/2012/12/faktor-faktor-lingkungan-yang.html diakses pada 13 mei 2014
Natsir Djide, M .2003. “Bakteriologi”. Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin : Makassar.
Purwani, eni dan ambarwati. 2013. Modul praktikum mikrobiologi pangan.
Universitas muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Susilowati, ari dan shanty
listiyowati. 2001. Keanekaragaman
Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi
Laboratorium MIPA Pusat UNS. Biodeversitas vol.2 no.1